Pengertian Dekorator dan Interior
ANTARA DESAINER INTERIOR DAN DEKORATOR INTERIOR:
The
terms "interior designer" and "interior decorator" are
often used interchangeably, as if they were identical professions. Although
both may have the ability and talent to create beautiful rooms, the two are not
synonymous.
Interior
decorators are primarily concerned with surface decoration, generally
refers to someone who deals with finishes, surfaces, furniture, and wall
coverings and no government regulation regarding the work of an interior
decorator.
On
the other hand, an interior designer is one who is trained to create a
functional and quality interior environment, qualified through education,
experience and examination, so a professional designer can identify and
creatively resolve issues and lead to a healthy, safe and comfortable physical
environment. Referring to that definition, interior design is the art and
science of understanding people's behavior in order to create functional spaces
within the building structures, an in the other hand, an interior
decoration is the art of decorating to beautify a space.
Although an interior designer can also make aesthetic
changes to an interior space, the interior designer is a professional licensed
with a licensing authority who coordinates design projects with a holistic
approach. This effort includes designing the interior architecture, in addition
to beautifying the space.
Keywords: interior design, interior decoration, comparative
study.
A. PENDAHULUAN
Manusia senantiasa tertarik untuk menghias ruang huniannya maupun
lingkungan kerjanya, jadi meskipun profesi desainer interior masih relatif
baru, namun kegiatan memperindah dan mempernyaman ruang, usianya sudah setua
bangunan yang pertama dibuat manusia.
Antara bidang desain interior
dan dekorasi interior selama ini masih terjadi kerancuan dan sebutannya sering
dipakai secara bergantian sebagaimana sebutan desainer interior dan dekorator
interior, seolah keduanya merupakan suatu hal dan profesi yang sama. Ketika
keduanya sama-sama bertujuan untuk menciptakan ruangan yang indah dan nyaman
dan ketika desainer interior serta dekorator interior sama-sama memiliki bakat
dan kemampuan untuk menciptakan ruangan yang indah, terjadilah overlapping, seolah kedua profesi itu
sama, padahal sebenarnya tidak sinonim.
Banyak contoh yang
menggambarkan betapa bingungnya masyarakat mengenai profesi desainer interior. Masyarakat
masih banyak yang belum mengetahui secara pasti apa yang dilakukan oleh seorang
arsitek, apalagi desainer interior. Masyarakat hanya mengetahui bahwa apabila
menginginkan suatu bangunan yang aman akan meminta jasa insinyur, dan jika
ingin bangunannya terlihat bagus akan akan meminta jasa arsitek. Perlu diingat
bahwa ini adalah persepsi publik dan persepsi ini akan menjadi kenyataan
manakala masyarakat tidak mendapatkan informasi yang benar. Jika ini adalah
pikiran orang mengenai arsitektur, dapat dibayangkan persepsi mereka tentang
desain interior dan dekorasi interior.Oleh karena itu perlu dijelaskan secara
lebih mendalam mengenai perbedaan yang mendasar antara keduanya agar persepsi
yang selama ini keliru dapat diluruskan.
Untuk memahami
perbedaan antara desain interior dan dekorasi interior terlebih dahulu perlu
dirunut sejarah perkembangannya hingga perbandingan antara kedua bidang
tersebut di masa kini.
B. SEJARAH DESAIN INTERIOR
Tidak diketahui secara pasti
darimana sejarah desain interior dimulai. Akan tetapi dengan begitu banyaknya
ditemukan bukti-bukti besar yang menunjukkan keberadaan dari penerapan ilmu
desain interior di sepanjang sejarah peradaban manusia, maka sejarah desain
interior dapat dilacak keberadaannya. Artefak-artefak yang ditemukan merupakan
gambaran riil dari peradaban saat itu. Dari sini terlihat bahwa setiap
kebudayaan memiliki pola perkembangan yang masing-masing berbeda. Setiap
peradaban mengembangkan seni arsitektur, gaya furnitur dan asesoris ruang berdasarkan ketersediaan bahan di wilayah geografis
masing-masing atau didapatkan dari perdagangan dan tersedianya tenaga kerja
yang murah.
Mesir, Yunani dan Romawi telah mencapai peradaban yang tinggi pada era
kuno (ancient era), merupakan
peradaban yang ditandai dengan adanya kelompok elit, banyaknya sumber daya
manusia yang murah serta memiliki tradisi relijius yang mendorong timbulnya
ketrampilan artistik dan keinginan untuk mendapatkan keabadian/immortality melalui bangunan-bangunan
dan harta bendanya. (Wealle, 1982:199).
Peradaban Mesir, Yunani dan Romawi dapat dijadikan sebagai titik tolak
pada perkembangan desain interior karena karya-karya seni dan desain yang
diciptakan pada masa itu masih sangat mempengaruhi bentuk-bentuk furnitur,
arsitektur dan benda-benda seni pada masa kini.
1. Perkembangan di Mesir
Untuk mengetahui sejarah
perkembangan desain interior dapat dirunut dari perkembangan yang terjadi pada peradaban Mesir Kuno.
Banyak seni tradisi yang berawal dari Mesir karena bangsa Mesir Kuno memiliki
ketrampilan kekriyaan (craftmanship)
tinggi, yang mampu membuat berbagai
produk seni yang indah meski dengan peralatan yang terbatas. Seni inlay pada furnitur merupakan penemuan
yang berharga yang hingga kini tetap digunakan, selain itu orang Mesir adalah
penenun yang handal serta pembuat furnitur
yang hebat, menggunakan sambungan konstruksi yang sampai sekarang lazim
digunakan yaitu konstruksi dovetail, mortise dan tenon. (Aronson, 1965:312).
Tumbuhan yang tumbuh di daerah Mesir waktu itu memberi inspirasi desain
yang diterapkan sebagai motif ornamen, berupa stilasi bunga papyrus, lotus
lili, dan palem, yang disusun secara sistematis dan terkesan kaku.
Istana di Mesir sebagai tempat
tinggal pharoah (Raja Mesir)
berukuran besar, terdiri atas ruang-ruang yang rumit, merupakan suatu ruang
tertutup yang terdiri atas banyak ruang-ruang kecil yang mengelilingi halaman terbuka yang luas. Perhatian utama bangsa Mesir pada kehidupan setelah
mati waktu itu mengakibatkan seni
bangunan tempat tinggal kurang mendapat perhatian, sehingga rumah-rumah
penduduk dan pertokoan pada umumnya hanya berbentuk sederhana, dengan atap
datar dan celah kecil untuk jendela
sebagai jalan masuk sinar matahari.
Interior rumah pada waktu itu hampir sama, yakni terdiri atas ruang publik yang
luas dengan dua atau tiga kamar tidur dan dapur. (Wealle, 1982).
Perhatian pada life after death
membuat konsentrasi yang sangat besar diberikan pada bangunan-bangunan makam
dan kuil. Piramida, merupakan bangunan
makam yang sangat terkenal. Imhotep adalah seorang arsitek yang membangun
piramid yang pertama di Sakkara yang
tersusun dari blok-blok batu limestone
yang dikaitkan satu sama lain dengan presisi yang sangat tepat. Meski setelah
itu dibangun piramid terbesar di Gizeh, tapi Imhotep tetap dipuja bagaikan
dewa, bahkan hingga berabad-abad setelah kematiannya. Arsitektur dan interior
di dalam piramida menggambarkan bahwa bangsa Mesir pada saat itu telah memiliki
kemampuan teknik yang sangat hebat.
2. Perkembangan di Yunani (
650-30 B.C.)
Seni di Yunani merupakan bagian dari jiwa. Keindahan diujudkan
dengan proporsi yang indah dan
garis-garis yang lembut. Arsitektur Yunani hampir seluruhnya difokuskan pada
bangunan kuil dan bangunan umum (public
bulding). Hampir seluruh aspek kehidupan orang Yunani pada saat itu baik di
bidang seni, arsitektur maupun kepustakaan, memiliki kepentingan relijius,
bahkan kegiatan sekuler seperti teater dan Olympic
Games pun dikembangkan dari suatu
upacara sakral.
|
Perkembangan desain di Yunani pada saat itu dipengaruhi oleh
bentuk-bentuk dan ornamen dari Mesir, akan tetapi bangsa Yunani dengan cepat
dapat menyempurnakan bentuk-bentuk kaku dari pengaruh Mesir tersebut dan menemukan bentuknya sendiri.
Pengaruh desain, seni dan arsitektur
pada masa peradaban Yunani tersebar secara lebih luas dibanding peradaban yang lain, misalnya seni patung,
motif dan elemen-elemen arstitektur Yunani dijadikan acuan hingga berabad-abad
kemudian, bahkan hingga saat ini. Bentuk-bentuk kolom: Doric, Ionic dan Corinthian yang
terkenal dengan sebutan Three Greek
Orders of Column, merupakan bentuk asli Yunani yang pertama kali
ditemukan oleh Vitruvius, yang hingga kini masih sangat populer dan digemari
dan selain diterapkan pada elemen arsitektural juga pada furnitur. (Aronson,
1965:327).
Furnitur terkenal yang dihasilkan pada jaman Yunani Kuno adalah Klismos Chair, sebuah kursi berbentuk
lengkung yang mengalir lembut, dengan sandaran punggung sesuai lengkungan
punggung manusia. ( Wealle, 1982). Ada beberapa jenis furnitur di Yunani yang menggunakan bentuk lengkung Klismos ini,
seperti Greek bed with Klismos back
(tempat tidur Yunani dengan sandaran Klismos). Kursi dengan sandaran punggung
Klismos biasanya hanya dimiliki oleh orang kaya dan bangsawan, sedangkan yang
digunakan oleh rakyat jelata di rumahnya adalah sejenis kursi tanpa sandaran
punggung, disebut diphros/ stool.
3. Perkembangan di Romawi
(753 B.C.- 365 A.D)
Bangsa Romawi Kuno adalah bangsa yang aktif, agresif dan mencintai
kekuatan, kekuasaan, kemewahan dan kenyamanan. Sangat berbeda dengan Yunani dan
Mesir, Bangsa Romawi adalah bangsa yang praktis, yang tidak hanya memikirkan
untuk membuat kuil dan kuburan, tapi lebih banyak membuat kebutuhan duniawi
seperti forum (civic centre),
lengkung/monumen kemenangan, pemandian umum/thermae,
bahkan juga saluran air/aqua duct.
(Soedarso Sp, 2007).
|
|
Gambar 2. Aquaduct dan Thermae
Sumber: http://www.wikimedia.com
Kemajuan Romawi di bidang interor dan arsitektur selain dapat dilihat
dari kemegahan dan kemewahan bangunan-bangunannya juga dari sistem
peratapannya yang sangat hebat,
merupakan kombinasi antara lengkung sejati (true
vault) dan lengkung silang (cross
barrel vault). Struktur cross vault
yang dimulai di jaman Romawi berbuah luar biasa di jaman Gotik. Karena
kehebatan konstruksinya, gereja Gotik berani membuka clerestory berdinding kaca sehingga menjadi terang.
|
|
4. Perkembangan di Jaman
Renaissance (1400 – 1650 M )
Perkembangan utama dalam sejarah desain interior dapat dilihat pada
jaman Renaissance Itali, dimana seluruh kegiatan seni mencapai puncak kejayaan
didukung oleh kaum bangsawan dan orang
kaya mendukung perkembangan seni dengan kekayaannya. (Wealle, 1982:215).
Axel von Saldem (1987) pada riset sejarah desain yang dilakukannya
menemukan bahwa pada akhir abad ke -16 di Itali terdapat kata “ designo esterno” (karya yang sudah
terlaksana). Saat itulah desain interior dan dekorasi
interior mulai mendapatkan peran yang khusus sehingga ada dugaan bahwa sejarah
desain interior dimulai dari jaman Renaissance Italia.
Saat itu dibangun istana
–istana yang mewah dengan furnitur yang diukir dengan motif yang sangat indah
dan rumit. Di Itali pada saat itu terdapat dua kelas sosial, yakni kelas
bangsawan yang kaya dan dan petani yang miskin. Kaum petani tidak terpengaruh
oleh perkembangan desain, karena desain baru yang indah dan mewah hanya
peruntukkan bagi orang kaya saja. Hingga jaman itu, segala sesuatu yang indah
tetap hanya bisa dimiliki kaum bangsawan, jauh di luar jangkauan rakyat
kebanyakan. Abad ke-17 dan ke-18
merupakan periode desain interior
di Itali dan Prancis.
5. Revolusi Industri
Desain interior mulai berkembang dan lebih terjangkau /accessible untuk masyarakat umum setelah
terjadi Revolusi Industri, yang pada saat itu selain banyak diproduksi
produk-produk untuk kebutuhan rumah dengan harga yang lebih murah sehingga
dapat terjangkau oleh semua kalangan, juga mendorong munculnya Revolusi Ekonomi di Amerika, yang membuat
golongan masyarakat menengah ke atas
menjadi kaya dan memiliki uang yang berlebihan, sehingga muncul
kebutuhan dan keinginan untuk memperindah rumahnya. Saat itu juga mulai banyak
bermunculan majalah yang membahas masalah gaya desain interior yang baru serta
mulai timbul kebutuhan manusia untuk mengkonsultasikan ide-ide
dalam penataan rumah dan perabotnya. Hal ini mendorong berkembangnya
industri desain interior.
Ada ribuan orang yang kemudian menjadi profesional dalam mendesain
rumah maupun bangunan kantor maupun orang-orang yang melakukan kegiatan
perancangan ruang sebagai hobi dan memberikan konsultasi gratis atau mengisi
waktunya dengan mendekorasi rumahnya sendiri.
Sejarah desain interior mencatat begitu banyak kesuksesan yang dicapai
oleh para pelopor desainer interior. Secara umum mereka mendapatkan keuntungan
dari pembelian bahan dari biaya desain
secara keseluruhan serta mendapatkan fee
untuk pelayanan jasa desain yang mereka berikan.
C. SEJARAH DEKORASI INTERIOR
Keberadaan Dekorator interior
diperkirakan mulai muncul pada tahun 1720 di Eropa Barat. Dekorator
interior yang terkenal pada masa itu adalah William Kent, yang meskipun profesi
utamanya adalah pelukis, tapi ia juga mengerjakan pekerjaan dekorasi meliputi
pemilihan furnitur, warna ruang maupun
elemen estetis ruang seperti lukisan dan hiasan lainnya.
Di London, pekerjaan dekorasi interior juga dikerjakan oleh upholsterer (orang yang bekerja di
bidang pelapisan kursi maupun dinding), sementara di Paris dilakukan oleh ‘marchand-mercier’/ merchant of goods ,
yaitu pedagang furnitur yang sekaligus berperan sebagai kontraktor umum. Marchand-mercier yang terkenal saat itu
adalah Dominique Daguerre. Para arsitek di Inggris dan benua Eropa juga
berperan ganda menjadi dekorator interior, contohnya Robert Adam, seorang
arsitek neoklasik, yang terkenal pada akhir abad ke-18 sebagai arsitek yang
mengerjakan pekerjaan dekorasi interior. Hal ini disebabkan karena keahlian
mendekorasi ruang juga merupakan salah satu bidang keahlian dari seorang arsitek.
(http://interiordesignhistory.com).
D. DESAIN INTERIOR DAN DESAINER INTERIOR
1. Pengertian Desain Interior
Bila ingin berbicara tentang
desain biasanya dimulai dengan usaha memformulasikan pengertian tentang desain,
membuat definisi desain dan mencari arti desain. Pengertian
desain interior dikemukakan oleh D.K. Ching (2002:46) sebagai berikut:
Interior
design is the planning, layout and design of the interior space within
buildings. These physical settings satisfy our basic need for shelter and protection,
they set the stage for and influence the shape of our activities, they nurture
our aspirations and express the ideas which accompany our action, they affect
our outlook, mood and personality.The purpose of interior design , therefore,
is the functional improvement, aesthetic enrichment, and psychological enhancement of interior space.
Definisi di atas menjelaskan bahwa desain interior
adalah sebuah perencanaan tata letak dan perancangan ruang dalam di dalam
bangunan. Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan dasar kita akan naungan dan
perlindungan, mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi aspirasi kita dan
mengekspresikan gagasan yang menyertai
tindakan kita, disamping itu sebuah desain interior juga mempengaruhi
pandangan, suasana hati dan kepribadian kita.Oleh karena itu tujuan dari
perancangan interior adalah pengembangan fungsi, pengayaan estetis dan
peningkatan psikologi ruang interior.
Dari
pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa desain interior merupakan seni dan
ilmu untuk memahami kebiasaan orang di dalam ruang dengan tujuan untuk
menciptakan ruang yang fungsional didalam struktur bangunan yang dirancang oleh
seorang arsitek.
2. Kedudukan Desain Interior
Bidang ilmu desain interior terletak
di antara teknik dan seni, karena tanpa adanya teknik, maka desain tidaklah
aman, sebaliknya tanpa mempertimbangkan aspek estetika dan seni, maka desain
tidak akan menarik.
Suatu desain yang tidak
mempertimbangkan aspek teknik, berarti mengabaikan aspek konstruksi, akibatnya
desain yang dihasilkan tidak akan aman dipergunakan dan pasti akan
mengakibatkan kecelakaan bagi penggunanya. Sebaliknya apabila suatu desain
hanya melulu mempertimbangkan aspek
teknik saja tanpa mempertimbangkan aspek estetika, maka desain tersebut tidak
akan laku dijual karena tidak ada yang tertarik untuk membeli dan
menggunakannya. Oleh karena itu kedudukan desain interior terletak “in between” atau terletak di antara
teknik dan seni dimana pertimbangan yang proporsional antara keduanya akan
menghasilkan suatu desain yang selain indah juga nyaman dan menjamin
keselamatan penggunanya.
Pendapat di atas tampaknya sejalan
dengan pendapat Victor Papanek yang
memasukkan estetika ke dalam
jaring-jaring fungsi karena bagaimanapun manusia lebih suka kalau alat-alat sehari-harinya
tampak indah daripada tidak. (Soedarso Sp, 2006). Pendapat Victor Papanek tersebut menganulir pendapat Louis Sullivan yang mengumandangkan
slogannya yang terkenal, “Form Follows
Function” dalam tahun 1880, yang secara harfiah berarti ‘Bentuk mengikuti
Fungsi’ yang berujung dengan dipasungnya
hal-hal yang dianggap tidak berfungsi sehingga pada suatu saat keluarlah
kata-kata yang menggemaskan, yaitu pembuatan ornamen adalah dosa (ornament is a crime: Adolf Loos) karena
dianggap tidak menyandang fungsi apa-apa.
3. Desainer Interior
Desainer interior
adalah seseorang yang melakukan pekerjaan perancangan interior. Desain interior
tidak sama dengan dekorasi. Jika arsitektur digambarkan sebagai seni dan ilmu
mendesain struktur untuk interaksi manusia. Webster Dictionary mendefinisikan
desain interior sebagai: “the art and science of understanding people's behavior to
create functional spaces within a structure. Jadi
maka desain interior dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dalam
memahami kebiasaan manusia untuk menciptakan ruang fungsional dalam struktur
yang dirancang oleh arsitek, jadi fokus perhatiannya menyangkut berbagai aspek
terkait dengan kegunaan ruang.
Klien sebagai
pemakai ruang merupakan titik tolak perancangan, sehingga segala sesuatu yang
terkait dengan aktivitas klien dalam ruang yang akan di desain harus
betul-betul teridentifikasi dengan baik agar kepuasan klien dapat terpenuhi.
Untuk itu desainer juga harus memiliki data diri dari klien tersebut meliputi
usia, jenis kelamin, pekerjaan, hobi, warna kesukaan, gaya yang
diinginkan, kesan ruang yang diharapkan
dan sebagainya. Dengan data yang lengkap maka perumusan desain menjadi lebih
terarah.
The American Society of Interior Designers
(ASID) mendefinisikan
mengenai interior designer sebagai
seseorang yang memiliki kriteria sebagai berikut:
"Interior designer is professionally
trained to create a functional and quality interior environment. Qualified
through education, experience and examination, a professional designer can
identify, research and creatively resolve issues and lead to a healthy, safe
and comfortable physical environment."
( http://interiordesigncareer.com)
Pendapat
diatas menjelaskan bahwa desainer
interior adalah seorang yang terlatih secara profesional untuk menciptakan
lingkungan interior yang fungsional dan berkualitas. Karena telah
terkualifikasi melalui pendidikan, pengalaman dan ujian, seorang desainer
interior dapat mengidentifikasi, meneliti dan secara kreatif memecahkan
permacalahan dan mengarahkan perancangan menuju lingkungan fisik yang sehat,
aman dan nyaman.
Desainer
interior bertanggung jawab dalam
berbagai hal meliputi: pengorganisasian ruang untuk menyelaraskan dengan
fungsinya, meyakinkan bahwa desain yang
dibuat match atau sesuai dengan
penggunaan kode keamanan bangunan, mengatur konstruksi dan penerapan desain,
bahkan juga mendesain transmisi akustik dan tata suara. Seorang desainer interior juga dituntut
tanggungjawabnya dalam memilih dan menentukan peralatan, perabot, produk, bahan
dan warna yang digunakan dalam perancangan interiornya.
Di beberapa negara maju, menjadi
seorang desainer interior juga harus memiliki ijin yang dapat diperoleh apabila
telah lolos ujian kualifikasi . Ijin inilah yang menyatakan bahwa desainer yang
bersangkutan merupakan orang yang memiliki kualifikasi secara profesional yang
memiliki latar belakang pengalaman dan pendidikan untuk membuat keputusan yang
kompleks tentang perancangan ruang. (http://www/who/definition.html)
Desainer interior
melakukan beberapa aktivitas dibawah ini dalam rangka tugas dan tanggung
jawabnya, dalam http://www/careeroverview.com disebutkan sebagai berikut:
- Meneliti dan menganalisis persyaratan dan tujuan klien, mengembangkan dokumen desain dan menggambarkan diagram dan outline untuk keperluan tersebut.
- Memformulasikan perancangan awal, membuat konsep perancangan secara dua dimensi dan tiga dimensi dan membuat skets agar mampu menyatukan dengan kebutuhan klien dengan berdasarkan pada pengetahuan megenai prinsip-prinsip desain dan teori tentang kebiasaan manusia.
- Memastikan bahwa perencanaan ruang dan konsep desainnya mempertimbangkan aspek keselamatan, fungsional, keindahan serta memastikan bahwa seluruh elemen yang dirancang sesuai dengan persyaratan kesehatan dan kesehatan umum termasuk didalamnya pengkodean, aksesibilitas, lingkungan dan petunjuk keberlangsungan.
- Memilih warna, bahan dan finishing agar sesuai dengan dengan konsep desain dan yang sesuai secara sosio-psikologis, fungsional, kemudahan perawatan, penampilan, lingkungan dan persyaratan keamanan.
- Memilih dan memilah furnitur berikut fixtur dan perlengkapannya, mengawasi proses pengerjaannya agar sesuai dengan konsep desain termasuk pembuatan gambar kerja perabot dan deskripsi detail produknya.
Desainer interior tidak bekerja atas dasar keinginan dan selera
pribadi, akan tetapi segala sesuatu yang didesain bertitik tolak pada keinginan
dan harapan klien sebagai konsumen yang meminta jasa desainer interior.
Untuk dapat memahami keinginan dan harapan
klien atas desain yang dipercayakan
penggarapannya pada desainer, maka perlu dilakukan komunikasi yang intensif
serta identifikasi fisik bangunan yang cermat. Bagaimanapun, keinginan klien
merupakan titik tolak perancangan, jadi segala yang menjadi keinginan dan
harapannya atas ruang hasil desain harus betul-betul menjadi pertimbangan.
Memaksakan keinginan desainer adalah suatu kesalahan besar karena selera
desainer belum tentu disukai oleh klien baik dari segi penggunaan warna,
penerapan gaya, penerapan bentuk dan sebagainya. Lebih lanjut hal yang perlu
diobservasi dan dikomunikasikan untuk mendapatkan data yang akurat meliputi
komunikasi verbal dengan klien berupa pendataan penghuni dan pendataan fisik
yang dilanjutkan dengan pembuatan desain.
5. Spesialisasi
Desain Interior
Spesialisasi
bidang desain interior adalah perancangan ruang dalam, yang tidak hanya
terbatas pada perancangan rumah tinggal, karena itu hanya sebagian kecil dari
bidang garap desain interior. Sesuai dengan definisi desain interior, maka
deorang desainer interior harus dapat meningkatkan kualitas, fungsi, dan
keselamatan dalam setiap ruang dalam, di dalam bangunan apapun. Karena begitu
banyaknya kemungkinan yang terbuka, maka banyak desainer interior yang
mengkhususkan diri pada perancangan ruang tertentu sebagai spesialisasinya,
misalnya ada yang hanya terfokus pada perancangan furnitur saja, atau
berkonsentrasi pada perancangan interior rumah tinggal, dimana desainer
interior dapat memilih fokus pada setiap kamar dalam rumah tinggal, seperti
kamar tidur, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi, ataupun pada perancangan
interior kantor, ruang pameran, perancangan layout toko dan visual merchandishing, perancangan
hotel, retoran, bar, perancangan setting artistik dalam industri hiburan
bahkan perancangan interior kapal maupun kereta api. Kini desain interior telah
berkembang dengan pesat dan bidangnya meliputi segala sesuatu dari perancangan
kloset hingga perancangan ruang kerja
yang efisien.
Seorang
desainer interior juga dapat memanfaatkan ilmu yang dimiliki sebagai
pengajar. Pendidikan seni dan desain
berkembang dengan pesat di seluruh negara, yang membutuhkan instruktur yang
memiliki kualifikasi tinggi. Akan tetapi, seorang praktisi desain interior yang
memiliki kualifikasi tinggi belum tentu memiliki kualifikasi dalam mengajar,
sehingga perlu hati-hati dalam memilih profesi ini karena diperlukan juga
pengetahuan mengenai cara mengajar yang baik.
D. DEKORASI INTERIOR DAN DEKORATOR INTERIOR
1. Dekorasi Interior
Dekorasi berasal dari kata dalam
bahasa Inggris : “decorate” yang
berarti menghiasi sedangkan “decoration”
disebutkan dalam sumber yang sama berarti
hiasan. (Echols, 2006:169). Dari
arti katanya, dapat diambil suatu pengertian bahwa dekorasi terkait dengan
kegiatan hias-menghias atau suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperindah
sesuatu. Pengertian dekorasi interior disebutkan sebagai berikut: Interior decoration generally refers to
something that deals with finishes, surfaces, furniture, and wall coverings. (http:www.answer.com.topic).
Jadi
dekorasi interior secara umum terkait dengan sesuatu yang menyangkut finishing
(pengecatan, pelapisan), pengolahan permukaan, penataan perabot dan pelapisan
dinding. Meskipun dekorasi adalah merupakan elemen kunci dari sebuah desain
interior, akan tetapi tidak secara khusus memperhatikan interaksi dan kebiasaan
manusia yang merupakan bidang kerjanya desainer interior.
Pelaku kegiatan dekorasi disebut dekorator,
dari kata dalam bahasa Inggris: decorator
yang berarti penghias, sementara decorator
interior diartikan sebagai penghias ruang. (Echols, 2006:269). Meskipun
hanya bertugas menghias ruang, seorang dekorator interior dapat pula bekerja di
berbagai bidang perancangan dan bekerja bersama dengan desainer interior dalam
melakukan kegiatan perancangan seperti merancang showroom dan mendesain ulang tata ruang toko. Akan tetapi tidak ada
persyaratan yang mengharuskan profesi ini harus memiliki ijin resmi dari
pemerintah untuk berpraktek, sebagaimana pendapat di bawah ini:
An interior decorator may work in a variety of venues from a design
showroom to a remodeling retail store. There is no government regulation
regarding the work of an interior decorator.
Dengan
tidak adanya persyaratan perijinan maupun pendidikan formal di bidang dekorasi
interior tersebut, maka siapa saja dapat menjadi dekorator interior.
E. PERBANDINGAN DESAIN INTERIOR DAN
DEKORASI INTERIOR
Bedasarkan uraian
sebelumnya, maka perbandingan antara desain interior dan dekorasi nterior dapat
dilihat pada tabel di bawah ini, yang dibuat oleh Lisa Whited IIDA/ASID yang
menggambarkan perbedaan antara desainer interior dan dekorator interior.
Item
|
Interior Designer
|
Interior Decorator
|
Furniture
|
Merancang bentuk perabot dengan pertimbangan egonomi, fungsi, gaya,
keawetan finishing, kestabilan struktural dalam penggunaan, memilih rel laci,
engsel dan handel yang tepat, serta penentuan penggunaan bahan dan penempatan
dalam ruang
|
Memilih gaya, finishing dan penempatannya dalam ruang.
|
Penutup Jendela/Window covering
|
Menentukan tipe dan gaya yang tepat berdasarkan atas pengendalian
cahaya dan sinar matahari , privasi, anti api, perlengkapan akustik dan
sistem pengontrolnya.
|
Memilih warna dan tekstur, merancang gaya
|
Benda seni dan aksesoris/Artwork and accesories
|
Memilih bentuk dan metode yang tepat dalam penempatan benda seni
tersebut pada dan memastikan bahwa benda tersebut tidak akan jatuh dan
melukai seseorang.
|
Memilih dan menempatkan benda-benda seni dan asesoris ruang
|
Finishing dinding/Wall finishes
|
Memilih jenis yang tepat berdasarkan aspek keindahan, keawetan, fungsi
akustik, kemudahan dalam pembersihan, keamanan dari api, memastikan bahwa
wall finishes yang digunakan tidak menimbulkan alergi, dan tidak beracun
|
Memilih warna, gaya, tekstur finishingnya.
|
Tanaman /Plants
|
Memilih jenis tanaman yang seseuai dan memastikan bahwa tanaman yang
dipilih tidak memiliki bau yang kuat atau beracun yang membahayakan manusia
terutama anak-anak kecil.
|
Memilih dan menempatkan tanaman beserta wadahnya.
|
Rencana Ruang/Floor
Plan
|
Menggambarkan rencana ruang yang menunjukkan letak perabot yang sesuai dengan keinginan klien maupun
persyaratan aksesibilitas ruang.
|
Menggambarkan rencana ruang yang menunjukkan letak perabot yang sesuai dengan keinginan klien
|
Pencahayaan/Lighting
|
Memilih jenis dan bentuk lampu berikut kekuatannya sesuai dengan fungsi
dan kesan yang diinginkan, menggambarkan dan menunjukkan lokasi penempatan
lampu berikut pengontrolnya.
|
Memilih bentuk lampu
|
Lantai /Floor
|
Menentukan bahan,bentuk dan warna serta pola lantai yang tepat
berdasarkan fungsi dan kesan yang diinginkan, ketahanan terhadap api,
kemampuan meredam suara dan keamanan (tidak licin)
|
Memilih jenis, warna, tektur dan pola lantai
|
Tabel 1.
Perbandingan lingkup tugas desainer dan dekorator interior
Sumber: http://allartschools.com.
(diambil tanggal 12 November 2007)
Dari perbandingan di atas maka jelas terlihat
perbedaan yang cukup mendasar antara dekorasi dengan desain interior, dimana
cakupan tanggung jawab seorang desainer interior sangat luas, tidak hanya
sekedar menghias sebuah ruang agar tampak indah dan menarik, akan tetapi juga
mempertimbangkan aspek fungsional, keselamatan, keamanan serta kenyamanan.
Sedang kan dekorasi interior, merupakan sub bagian dari bidang desain interior
yang terkait dengan kegiatan hias-menghias.
F. PENUTUP
Desainer
interior dan dekorator interior
sama-sama memiliki peran yang besar dalam peningkatan kualitas ruang hunian,
meskipun bidang garap keduanya berbeda. Perbedaannya terletak pada lingkup
tanggung jawabnya, dan persyaratan profesi yang harus dipenuhi.
Dekorasi
interior lebih kecil lingkup kerjanya, dan merupakan bagian kecil dari
pekerjaan desain interior. Dekorasi
interior secara umum terkait dengan pelapisan elemen interior yaitu pelapisan lantai, dinding maupun
perabotannya serta penataan perabot berikut asesorisnya. Tidak ada peraturan
pemerintah yang mengatur pekerjaan dekorator dan tidak diperlukan persyaratan
pendidikan formal, bahkan setiap orang yang memiliki bakat dan minat dapat
belajar sendiri melalui majalah atau media lain untuk menjadi dekorator
interior.
Sementara itu desain interior memiliki bidang yang lebih luas dan
khusus dengan tanggung jawab yang lebih besar meliputi perancangan furnitur,
memilih bahan, menetapkan konstruksi, menentukan warna, merencanakan tata letak
ruang dengan pertimbangan aksesibilitas
dan lain-lain yang semuanya didasarkan atas pertimbangan fungsional,
keamanan, kenyamanan, dan keindahan. Desainer interior harus memenuhi
persyaratan pendidikan formal di bidangnya dan memiliki pengalaman perancangan
yang memadai, bahkan di beberapa negara maju, desainer interior harus memiliki
sertifikasi yang didapat melalui ujian yang diselenggarakan oleh suatu lembaga
sertifikasi yakni NCIDQ (National Council
for Interior Design Qualification). Tapi persyaratan ini belum diterapkan
di semua negara, termasuk Indonesia.
Jadi apabila seorang yang telah
menempuh pendidikan formal di bidang desain interior akan tetapi tidak memiliki
pengalaman yang memadai dalam penanganan suatu proyek desain, maka yang
bersangkutan belum dapat disebut sebagai desainer interior, sementara itu
siapapun dapat menjadi dekorator interior tanpa menempuh pendidikan formal,
asalkan ia memiliki kemampuan di bidang seni mendekorasi ruang. Dengan demikian
jelaslah perbedaan antara desain interior dan dekorasi interior, sehingga
diharapkan tidak lagi terjadi kebingungan, overlapping,
penyamaan sebutan dan persepsi yang keliru mengenai keduanya.
Persepsi publik yang keliru akan selamanya keliru apabila tidak
diluruskan dengan penjelasan yang komprehensif disertai contoh-contoh
perbandingan yang jelas, agar masyarakat pun menjadi tahu bahwa ada profesi
khusus selain arsitek dan insinyur yang membidangi masalah perancangan ruang,
yakni profesi desainer interior dan dekorator interior.
REFERENSI
Aronson,
Joseph, 1965, The Encyclopedia of
Furniture, New York:
Crown Publisher.
B. Suparto, 1990, Diktat Mata Kuliah
Desain Mebel IV, Yogyakarta: ISI Yogyakarta.
D.K.
Ching, Francis, 2002, Architectue, Space and Order, New York, New York:
Maxmillan Publishing Company.
Echols, John M. dan
Hassan Shadilly, 2006, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Penerbit PT. Gramedia, Cetakan
XXVIII.
Wealle,
Marry G.,1982, Environmental Interior,
New Yok: Maxmillan Publishing Company.
Soedarso
Sp., 2007, Bahan Kuliah Mata Kuliah Sejarah Seni, PPs ISI Yogyakarta.
Sudarso Sp., Trilogi Seni, 2006, Yogyakarta:
badan Penerbit ISI Yogyakarta.
Wealle,
Marry G.,1982, Environmental Interior,
New Yok: Maxmillan Publishing Company.
http://allartschools.com (diambil tanggal 12 November
2007).
Definition of Interior Design, National Council for Interior Design
Qualification. Retrieved December 15, 2006( diambil tanggal 12 November 2007)
http://www.answer.com/topic/british-columbia-interior
( diambil tanggal 21 September 2007)
http://interiordesigncareer.com
(diambil tanggal 25 November 2007)
Interior decorating vs. interior design. Dari http://allartschool.com (diambil tanggal 16 November
2007.
Graphic,
interior, fashion and industrial design careers, jobs, and training.
(2004). Career Overview. Retrieved December 18, 2006.
http://interiordesignhistory.html (diambil pada tanggal 23 November 2007)
http://www.answer.com/topic/british-columbia-interior (diambil tanggal 21 September 2007)
BIODATA
Nama : Dwi Retno Sri
Ambarwati, S.Sn
Tempat, tgl lahir : Bantul, 3 Februari 1970
Alamat : Ketonggo
RT 04 Wonokromo, Pleret, Bantul
Pekerjaan : Tenaga Pengajar
Alamat Kantor : Jurusan Pendidikan
Seni Rupa FBS UNY
e-mail :
dwi_retno_sa@yahoo.com
ANTARA DESAINER INTERIOR DAN DEKORATOR INTERIOR:
The
terms "interior designer" and "interior decorator" are
often used interchangeably, as if they were identical professions. Although
both may have the ability and talent to create beautiful rooms, the two are not
synonymous.
Interior
decorators are primarily concerned with surface decoration, generally
refers to someone who deals with finishes, surfaces, furniture, and wall
coverings and no government regulation regarding the work of an interior
decorator.
On
the other hand, an interior designer is one who is trained to create a
functional and quality interior environment, qualified through education,
experience and examination, so a professional designer can identify and
creatively resolve issues and lead to a healthy, safe and comfortable physical
environment. Referring to that definition, interior design is the art and
science of understanding people's behavior in order to create functional spaces
within the building structures, an in the other hand, an interior
decoration is the art of decorating to beautify a space.
Although an interior designer can also make aesthetic
changes to an interior space, the interior designer is a professional licensed
with a licensing authority who coordinates design projects with a holistic
approach. This effort includes designing the interior architecture, in addition
to beautifying the space.
Keywords: interior design, interior decoration, comparative
study.
A. PENDAHULUAN
Manusia senantiasa tertarik untuk menghias ruang huniannya maupun
lingkungan kerjanya, jadi meskipun profesi desainer interior masih relatif
baru, namun kegiatan memperindah dan mempernyaman ruang, usianya sudah setua
bangunan yang pertama dibuat manusia.
Antara bidang desain interior
dan dekorasi interior selama ini masih terjadi kerancuan dan sebutannya sering
dipakai secara bergantian sebagaimana sebutan desainer interior dan dekorator
interior, seolah keduanya merupakan suatu hal dan profesi yang sama. Ketika
keduanya sama-sama bertujuan untuk menciptakan ruangan yang indah dan nyaman
dan ketika desainer interior serta dekorator interior sama-sama memiliki bakat
dan kemampuan untuk menciptakan ruangan yang indah, terjadilah overlapping, seolah kedua profesi itu
sama, padahal sebenarnya tidak sinonim.
Banyak contoh yang
menggambarkan betapa bingungnya masyarakat mengenai profesi desainer interior. Masyarakat
masih banyak yang belum mengetahui secara pasti apa yang dilakukan oleh seorang
arsitek, apalagi desainer interior. Masyarakat hanya mengetahui bahwa apabila
menginginkan suatu bangunan yang aman akan meminta jasa insinyur, dan jika
ingin bangunannya terlihat bagus akan akan meminta jasa arsitek. Perlu diingat
bahwa ini adalah persepsi publik dan persepsi ini akan menjadi kenyataan
manakala masyarakat tidak mendapatkan informasi yang benar. Jika ini adalah
pikiran orang mengenai arsitektur, dapat dibayangkan persepsi mereka tentang
desain interior dan dekorasi interior.Oleh karena itu perlu dijelaskan secara
lebih mendalam mengenai perbedaan yang mendasar antara keduanya agar persepsi
yang selama ini keliru dapat diluruskan.
Untuk memahami
perbedaan antara desain interior dan dekorasi interior terlebih dahulu perlu
dirunut sejarah perkembangannya hingga perbandingan antara kedua bidang
tersebut di masa kini.
B. SEJARAH DESAIN INTERIOR
Tidak diketahui secara pasti
darimana sejarah desain interior dimulai. Akan tetapi dengan begitu banyaknya
ditemukan bukti-bukti besar yang menunjukkan keberadaan dari penerapan ilmu
desain interior di sepanjang sejarah peradaban manusia, maka sejarah desain
interior dapat dilacak keberadaannya. Artefak-artefak yang ditemukan merupakan
gambaran riil dari peradaban saat itu. Dari sini terlihat bahwa setiap
kebudayaan memiliki pola perkembangan yang masing-masing berbeda. Setiap
peradaban mengembangkan seni arsitektur, gaya furnitur dan asesoris ruang berdasarkan ketersediaan bahan di wilayah geografis
masing-masing atau didapatkan dari perdagangan dan tersedianya tenaga kerja
yang murah.
Mesir, Yunani dan Romawi telah mencapai peradaban yang tinggi pada era
kuno (ancient era), merupakan
peradaban yang ditandai dengan adanya kelompok elit, banyaknya sumber daya
manusia yang murah serta memiliki tradisi relijius yang mendorong timbulnya
ketrampilan artistik dan keinginan untuk mendapatkan keabadian/immortality melalui bangunan-bangunan
dan harta bendanya. (Wealle, 1982:199).
Peradaban Mesir, Yunani dan Romawi dapat dijadikan sebagai titik tolak
pada perkembangan desain interior karena karya-karya seni dan desain yang
diciptakan pada masa itu masih sangat mempengaruhi bentuk-bentuk furnitur,
arsitektur dan benda-benda seni pada masa kini.
1. Perkembangan di Mesir
Untuk mengetahui sejarah
perkembangan desain interior dapat dirunut dari perkembangan yang terjadi pada peradaban Mesir Kuno.
Banyak seni tradisi yang berawal dari Mesir karena bangsa Mesir Kuno memiliki
ketrampilan kekriyaan (craftmanship)
tinggi, yang mampu membuat berbagai
produk seni yang indah meski dengan peralatan yang terbatas. Seni inlay pada furnitur merupakan penemuan
yang berharga yang hingga kini tetap digunakan, selain itu orang Mesir adalah
penenun yang handal serta pembuat furnitur
yang hebat, menggunakan sambungan konstruksi yang sampai sekarang lazim
digunakan yaitu konstruksi dovetail, mortise dan tenon. (Aronson, 1965:312).
Tumbuhan yang tumbuh di daerah Mesir waktu itu memberi inspirasi desain
yang diterapkan sebagai motif ornamen, berupa stilasi bunga papyrus, lotus
lili, dan palem, yang disusun secara sistematis dan terkesan kaku.
Istana di Mesir sebagai tempat
tinggal pharoah (Raja Mesir)
berukuran besar, terdiri atas ruang-ruang yang rumit, merupakan suatu ruang
tertutup yang terdiri atas banyak ruang-ruang kecil yang mengelilingi halaman terbuka yang luas. Perhatian utama bangsa Mesir pada kehidupan setelah
mati waktu itu mengakibatkan seni
bangunan tempat tinggal kurang mendapat perhatian, sehingga rumah-rumah
penduduk dan pertokoan pada umumnya hanya berbentuk sederhana, dengan atap
datar dan celah kecil untuk jendela
sebagai jalan masuk sinar matahari.
Interior rumah pada waktu itu hampir sama, yakni terdiri atas ruang publik yang
luas dengan dua atau tiga kamar tidur dan dapur. (Wealle, 1982).
Perhatian pada life after death
membuat konsentrasi yang sangat besar diberikan pada bangunan-bangunan makam
dan kuil. Piramida, merupakan bangunan
makam yang sangat terkenal. Imhotep adalah seorang arsitek yang membangun
piramid yang pertama di Sakkara yang
tersusun dari blok-blok batu limestone
yang dikaitkan satu sama lain dengan presisi yang sangat tepat. Meski setelah
itu dibangun piramid terbesar di Gizeh, tapi Imhotep tetap dipuja bagaikan
dewa, bahkan hingga berabad-abad setelah kematiannya. Arsitektur dan interior
di dalam piramida menggambarkan bahwa bangsa Mesir pada saat itu telah memiliki
kemampuan teknik yang sangat hebat.
2. Perkembangan di Yunani (
650-30 B.C.)
Seni di Yunani merupakan bagian dari jiwa. Keindahan diujudkan
dengan proporsi yang indah dan
garis-garis yang lembut. Arsitektur Yunani hampir seluruhnya difokuskan pada
bangunan kuil dan bangunan umum (public
bulding). Hampir seluruh aspek kehidupan orang Yunani pada saat itu baik di
bidang seni, arsitektur maupun kepustakaan, memiliki kepentingan relijius,
bahkan kegiatan sekuler seperti teater dan Olympic
Games pun dikembangkan dari suatu
upacara sakral.
|
Perkembangan desain di Yunani pada saat itu dipengaruhi oleh
bentuk-bentuk dan ornamen dari Mesir, akan tetapi bangsa Yunani dengan cepat
dapat menyempurnakan bentuk-bentuk kaku dari pengaruh Mesir tersebut dan menemukan bentuknya sendiri.
Pengaruh desain, seni dan arsitektur
pada masa peradaban Yunani tersebar secara lebih luas dibanding peradaban yang lain, misalnya seni patung,
motif dan elemen-elemen arstitektur Yunani dijadikan acuan hingga berabad-abad
kemudian, bahkan hingga saat ini. Bentuk-bentuk kolom: Doric, Ionic dan Corinthian yang
terkenal dengan sebutan Three Greek
Orders of Column, merupakan bentuk asli Yunani yang pertama kali
ditemukan oleh Vitruvius, yang hingga kini masih sangat populer dan digemari
dan selain diterapkan pada elemen arsitektural juga pada furnitur. (Aronson,
1965:327).
Furnitur terkenal yang dihasilkan pada jaman Yunani Kuno adalah Klismos Chair, sebuah kursi berbentuk
lengkung yang mengalir lembut, dengan sandaran punggung sesuai lengkungan
punggung manusia. ( Wealle, 1982). Ada beberapa jenis furnitur di Yunani yang menggunakan bentuk lengkung Klismos ini,
seperti Greek bed with Klismos back
(tempat tidur Yunani dengan sandaran Klismos). Kursi dengan sandaran punggung
Klismos biasanya hanya dimiliki oleh orang kaya dan bangsawan, sedangkan yang
digunakan oleh rakyat jelata di rumahnya adalah sejenis kursi tanpa sandaran
punggung, disebut diphros/ stool.
3. Perkembangan di Romawi
(753 B.C.- 365 A.D)
Bangsa Romawi Kuno adalah bangsa yang aktif, agresif dan mencintai
kekuatan, kekuasaan, kemewahan dan kenyamanan. Sangat berbeda dengan Yunani dan
Mesir, Bangsa Romawi adalah bangsa yang praktis, yang tidak hanya memikirkan
untuk membuat kuil dan kuburan, tapi lebih banyak membuat kebutuhan duniawi
seperti forum (civic centre),
lengkung/monumen kemenangan, pemandian umum/thermae,
bahkan juga saluran air/aqua duct.
(Soedarso Sp, 2007).
|
|
Gambar 2. Aquaduct dan Thermae
Sumber: http://www.wikimedia.com
Kemajuan Romawi di bidang interor dan arsitektur selain dapat dilihat
dari kemegahan dan kemewahan bangunan-bangunannya juga dari sistem
peratapannya yang sangat hebat,
merupakan kombinasi antara lengkung sejati (true
vault) dan lengkung silang (cross
barrel vault). Struktur cross vault
yang dimulai di jaman Romawi berbuah luar biasa di jaman Gotik. Karena
kehebatan konstruksinya, gereja Gotik berani membuka clerestory berdinding kaca sehingga menjadi terang.
|
|
4. Perkembangan di Jaman
Renaissance (1400 – 1650 M )
Perkembangan utama dalam sejarah desain interior dapat dilihat pada
jaman Renaissance Itali, dimana seluruh kegiatan seni mencapai puncak kejayaan
didukung oleh kaum bangsawan dan orang
kaya mendukung perkembangan seni dengan kekayaannya. (Wealle, 1982:215).
Axel von Saldem (1987) pada riset sejarah desain yang dilakukannya
menemukan bahwa pada akhir abad ke -16 di Itali terdapat kata “ designo esterno” (karya yang sudah
terlaksana). Saat itulah desain interior dan dekorasi
interior mulai mendapatkan peran yang khusus sehingga ada dugaan bahwa sejarah
desain interior dimulai dari jaman Renaissance Italia.
Saat itu dibangun istana
–istana yang mewah dengan furnitur yang diukir dengan motif yang sangat indah
dan rumit. Di Itali pada saat itu terdapat dua kelas sosial, yakni kelas
bangsawan yang kaya dan dan petani yang miskin. Kaum petani tidak terpengaruh
oleh perkembangan desain, karena desain baru yang indah dan mewah hanya
peruntukkan bagi orang kaya saja. Hingga jaman itu, segala sesuatu yang indah
tetap hanya bisa dimiliki kaum bangsawan, jauh di luar jangkauan rakyat
kebanyakan. Abad ke-17 dan ke-18
merupakan periode desain interior
di Itali dan Prancis.
5. Revolusi Industri
Desain interior mulai berkembang dan lebih terjangkau /accessible untuk masyarakat umum setelah
terjadi Revolusi Industri, yang pada saat itu selain banyak diproduksi
produk-produk untuk kebutuhan rumah dengan harga yang lebih murah sehingga
dapat terjangkau oleh semua kalangan, juga mendorong munculnya Revolusi Ekonomi di Amerika, yang membuat
golongan masyarakat menengah ke atas
menjadi kaya dan memiliki uang yang berlebihan, sehingga muncul
kebutuhan dan keinginan untuk memperindah rumahnya. Saat itu juga mulai banyak
bermunculan majalah yang membahas masalah gaya desain interior yang baru serta
mulai timbul kebutuhan manusia untuk mengkonsultasikan ide-ide
dalam penataan rumah dan perabotnya. Hal ini mendorong berkembangnya
industri desain interior.
Ada ribuan orang yang kemudian menjadi profesional dalam mendesain
rumah maupun bangunan kantor maupun orang-orang yang melakukan kegiatan
perancangan ruang sebagai hobi dan memberikan konsultasi gratis atau mengisi
waktunya dengan mendekorasi rumahnya sendiri.
Sejarah desain interior mencatat begitu banyak kesuksesan yang dicapai
oleh para pelopor desainer interior. Secara umum mereka mendapatkan keuntungan
dari pembelian bahan dari biaya desain
secara keseluruhan serta mendapatkan fee
untuk pelayanan jasa desain yang mereka berikan.
C. SEJARAH DEKORASI INTERIOR
Keberadaan Dekorator interior
diperkirakan mulai muncul pada tahun 1720 di Eropa Barat. Dekorator
interior yang terkenal pada masa itu adalah William Kent, yang meskipun profesi
utamanya adalah pelukis, tapi ia juga mengerjakan pekerjaan dekorasi meliputi
pemilihan furnitur, warna ruang maupun
elemen estetis ruang seperti lukisan dan hiasan lainnya.
Di London, pekerjaan dekorasi interior juga dikerjakan oleh upholsterer (orang yang bekerja di
bidang pelapisan kursi maupun dinding), sementara di Paris dilakukan oleh ‘marchand-mercier’/ merchant of goods ,
yaitu pedagang furnitur yang sekaligus berperan sebagai kontraktor umum. Marchand-mercier yang terkenal saat itu
adalah Dominique Daguerre. Para arsitek di Inggris dan benua Eropa juga
berperan ganda menjadi dekorator interior, contohnya Robert Adam, seorang
arsitek neoklasik, yang terkenal pada akhir abad ke-18 sebagai arsitek yang
mengerjakan pekerjaan dekorasi interior. Hal ini disebabkan karena keahlian
mendekorasi ruang juga merupakan salah satu bidang keahlian dari seorang arsitek.
(http://interiordesignhistory.com).
D. DESAIN INTERIOR DAN DESAINER INTERIOR
1. Pengertian Desain Interior
Bila ingin berbicara tentang
desain biasanya dimulai dengan usaha memformulasikan pengertian tentang desain,
membuat definisi desain dan mencari arti desain. Pengertian
desain interior dikemukakan oleh D.K. Ching (2002:46) sebagai berikut:
Interior
design is the planning, layout and design of the interior space within
buildings. These physical settings satisfy our basic need for shelter and protection,
they set the stage for and influence the shape of our activities, they nurture
our aspirations and express the ideas which accompany our action, they affect
our outlook, mood and personality.The purpose of interior design , therefore,
is the functional improvement, aesthetic enrichment, and psychological enhancement of interior space.
Definisi di atas menjelaskan bahwa desain interior
adalah sebuah perencanaan tata letak dan perancangan ruang dalam di dalam
bangunan. Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan dasar kita akan naungan dan
perlindungan, mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi aspirasi kita dan
mengekspresikan gagasan yang menyertai
tindakan kita, disamping itu sebuah desain interior juga mempengaruhi
pandangan, suasana hati dan kepribadian kita.Oleh karena itu tujuan dari
perancangan interior adalah pengembangan fungsi, pengayaan estetis dan
peningkatan psikologi ruang interior.
Dari
pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa desain interior merupakan seni dan
ilmu untuk memahami kebiasaan orang di dalam ruang dengan tujuan untuk
menciptakan ruang yang fungsional didalam struktur bangunan yang dirancang oleh
seorang arsitek.
2. Kedudukan Desain Interior
Bidang ilmu desain interior terletak
di antara teknik dan seni, karena tanpa adanya teknik, maka desain tidaklah
aman, sebaliknya tanpa mempertimbangkan aspek estetika dan seni, maka desain
tidak akan menarik.
Suatu desain yang tidak
mempertimbangkan aspek teknik, berarti mengabaikan aspek konstruksi, akibatnya
desain yang dihasilkan tidak akan aman dipergunakan dan pasti akan
mengakibatkan kecelakaan bagi penggunanya. Sebaliknya apabila suatu desain
hanya melulu mempertimbangkan aspek
teknik saja tanpa mempertimbangkan aspek estetika, maka desain tersebut tidak
akan laku dijual karena tidak ada yang tertarik untuk membeli dan
menggunakannya. Oleh karena itu kedudukan desain interior terletak “in between” atau terletak di antara
teknik dan seni dimana pertimbangan yang proporsional antara keduanya akan
menghasilkan suatu desain yang selain indah juga nyaman dan menjamin
keselamatan penggunanya.
Pendapat di atas tampaknya sejalan
dengan pendapat Victor Papanek yang
memasukkan estetika ke dalam
jaring-jaring fungsi karena bagaimanapun manusia lebih suka kalau alat-alat sehari-harinya
tampak indah daripada tidak. (Soedarso Sp, 2006). Pendapat Victor Papanek tersebut menganulir pendapat Louis Sullivan yang mengumandangkan
slogannya yang terkenal, “Form Follows
Function” dalam tahun 1880, yang secara harfiah berarti ‘Bentuk mengikuti
Fungsi’ yang berujung dengan dipasungnya
hal-hal yang dianggap tidak berfungsi sehingga pada suatu saat keluarlah
kata-kata yang menggemaskan, yaitu pembuatan ornamen adalah dosa (ornament is a crime: Adolf Loos) karena
dianggap tidak menyandang fungsi apa-apa.
3. Desainer Interior
Desainer interior
adalah seseorang yang melakukan pekerjaan perancangan interior. Desain interior
tidak sama dengan dekorasi. Jika arsitektur digambarkan sebagai seni dan ilmu
mendesain struktur untuk interaksi manusia. Webster Dictionary mendefinisikan
desain interior sebagai: “the art and science of understanding people's behavior to
create functional spaces within a structure. Jadi
maka desain interior dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dalam
memahami kebiasaan manusia untuk menciptakan ruang fungsional dalam struktur
yang dirancang oleh arsitek, jadi fokus perhatiannya menyangkut berbagai aspek
terkait dengan kegunaan ruang.
Klien sebagai
pemakai ruang merupakan titik tolak perancangan, sehingga segala sesuatu yang
terkait dengan aktivitas klien dalam ruang yang akan di desain harus
betul-betul teridentifikasi dengan baik agar kepuasan klien dapat terpenuhi.
Untuk itu desainer juga harus memiliki data diri dari klien tersebut meliputi
usia, jenis kelamin, pekerjaan, hobi, warna kesukaan, gaya yang
diinginkan, kesan ruang yang diharapkan
dan sebagainya. Dengan data yang lengkap maka perumusan desain menjadi lebih
terarah.
The American Society of Interior Designers
(ASID) mendefinisikan
mengenai interior designer sebagai
seseorang yang memiliki kriteria sebagai berikut:
"Interior designer is professionally
trained to create a functional and quality interior environment. Qualified
through education, experience and examination, a professional designer can
identify, research and creatively resolve issues and lead to a healthy, safe
and comfortable physical environment."
( http://interiordesigncareer.com)
Pendapat
diatas menjelaskan bahwa desainer
interior adalah seorang yang terlatih secara profesional untuk menciptakan
lingkungan interior yang fungsional dan berkualitas. Karena telah
terkualifikasi melalui pendidikan, pengalaman dan ujian, seorang desainer
interior dapat mengidentifikasi, meneliti dan secara kreatif memecahkan
permacalahan dan mengarahkan perancangan menuju lingkungan fisik yang sehat,
aman dan nyaman.
Desainer
interior bertanggung jawab dalam
berbagai hal meliputi: pengorganisasian ruang untuk menyelaraskan dengan
fungsinya, meyakinkan bahwa desain yang
dibuat match atau sesuai dengan
penggunaan kode keamanan bangunan, mengatur konstruksi dan penerapan desain,
bahkan juga mendesain transmisi akustik dan tata suara. Seorang desainer interior juga dituntut
tanggungjawabnya dalam memilih dan menentukan peralatan, perabot, produk, bahan
dan warna yang digunakan dalam perancangan interiornya.
Di beberapa negara maju, menjadi
seorang desainer interior juga harus memiliki ijin yang dapat diperoleh apabila
telah lolos ujian kualifikasi . Ijin inilah yang menyatakan bahwa desainer yang
bersangkutan merupakan orang yang memiliki kualifikasi secara profesional yang
memiliki latar belakang pengalaman dan pendidikan untuk membuat keputusan yang
kompleks tentang perancangan ruang. (http://www/who/definition.html)
Desainer interior
melakukan beberapa aktivitas dibawah ini dalam rangka tugas dan tanggung
jawabnya, dalam http://www/careeroverview.com disebutkan sebagai berikut:
- Meneliti dan menganalisis persyaratan dan tujuan klien, mengembangkan dokumen desain dan menggambarkan diagram dan outline untuk keperluan tersebut.
- Memformulasikan perancangan awal, membuat konsep perancangan secara dua dimensi dan tiga dimensi dan membuat skets agar mampu menyatukan dengan kebutuhan klien dengan berdasarkan pada pengetahuan megenai prinsip-prinsip desain dan teori tentang kebiasaan manusia.
- Memastikan bahwa perencanaan ruang dan konsep desainnya mempertimbangkan aspek keselamatan, fungsional, keindahan serta memastikan bahwa seluruh elemen yang dirancang sesuai dengan persyaratan kesehatan dan kesehatan umum termasuk didalamnya pengkodean, aksesibilitas, lingkungan dan petunjuk keberlangsungan.
- Memilih warna, bahan dan finishing agar sesuai dengan dengan konsep desain dan yang sesuai secara sosio-psikologis, fungsional, kemudahan perawatan, penampilan, lingkungan dan persyaratan keamanan.
- Memilih dan memilah furnitur berikut fixtur dan perlengkapannya, mengawasi proses pengerjaannya agar sesuai dengan konsep desain termasuk pembuatan gambar kerja perabot dan deskripsi detail produknya.
Desainer interior tidak bekerja atas dasar keinginan dan selera
pribadi, akan tetapi segala sesuatu yang didesain bertitik tolak pada keinginan
dan harapan klien sebagai konsumen yang meminta jasa desainer interior.
Untuk dapat memahami keinginan dan harapan
klien atas desain yang dipercayakan
penggarapannya pada desainer, maka perlu dilakukan komunikasi yang intensif
serta identifikasi fisik bangunan yang cermat. Bagaimanapun, keinginan klien
merupakan titik tolak perancangan, jadi segala yang menjadi keinginan dan
harapannya atas ruang hasil desain harus betul-betul menjadi pertimbangan.
Memaksakan keinginan desainer adalah suatu kesalahan besar karena selera
desainer belum tentu disukai oleh klien baik dari segi penggunaan warna,
penerapan gaya, penerapan bentuk dan sebagainya. Lebih lanjut hal yang perlu
diobservasi dan dikomunikasikan untuk mendapatkan data yang akurat meliputi
komunikasi verbal dengan klien berupa pendataan penghuni dan pendataan fisik
yang dilanjutkan dengan pembuatan desain.
5. Spesialisasi
Desain Interior
Spesialisasi
bidang desain interior adalah perancangan ruang dalam, yang tidak hanya
terbatas pada perancangan rumah tinggal, karena itu hanya sebagian kecil dari
bidang garap desain interior. Sesuai dengan definisi desain interior, maka
deorang desainer interior harus dapat meningkatkan kualitas, fungsi, dan
keselamatan dalam setiap ruang dalam, di dalam bangunan apapun. Karena begitu
banyaknya kemungkinan yang terbuka, maka banyak desainer interior yang
mengkhususkan diri pada perancangan ruang tertentu sebagai spesialisasinya,
misalnya ada yang hanya terfokus pada perancangan furnitur saja, atau
berkonsentrasi pada perancangan interior rumah tinggal, dimana desainer
interior dapat memilih fokus pada setiap kamar dalam rumah tinggal, seperti
kamar tidur, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi, ataupun pada perancangan
interior kantor, ruang pameran, perancangan layout toko dan visual merchandishing, perancangan
hotel, retoran, bar, perancangan setting artistik dalam industri hiburan
bahkan perancangan interior kapal maupun kereta api. Kini desain interior telah
berkembang dengan pesat dan bidangnya meliputi segala sesuatu dari perancangan
kloset hingga perancangan ruang kerja
yang efisien.
Seorang
desainer interior juga dapat memanfaatkan ilmu yang dimiliki sebagai
pengajar. Pendidikan seni dan desain
berkembang dengan pesat di seluruh negara, yang membutuhkan instruktur yang
memiliki kualifikasi tinggi. Akan tetapi, seorang praktisi desain interior yang
memiliki kualifikasi tinggi belum tentu memiliki kualifikasi dalam mengajar,
sehingga perlu hati-hati dalam memilih profesi ini karena diperlukan juga
pengetahuan mengenai cara mengajar yang baik.
D. DEKORASI INTERIOR DAN DEKORATOR INTERIOR
1. Dekorasi Interior
Dekorasi berasal dari kata dalam
bahasa Inggris : “decorate” yang
berarti menghiasi sedangkan “decoration”
disebutkan dalam sumber yang sama berarti
hiasan. (Echols, 2006:169). Dari
arti katanya, dapat diambil suatu pengertian bahwa dekorasi terkait dengan
kegiatan hias-menghias atau suatu kegiatan yang bertujuan untuk memperindah
sesuatu. Pengertian dekorasi interior disebutkan sebagai berikut: Interior decoration generally refers to
something that deals with finishes, surfaces, furniture, and wall coverings. (http:www.answer.com.topic).
Jadi
dekorasi interior secara umum terkait dengan sesuatu yang menyangkut finishing
(pengecatan, pelapisan), pengolahan permukaan, penataan perabot dan pelapisan
dinding. Meskipun dekorasi adalah merupakan elemen kunci dari sebuah desain
interior, akan tetapi tidak secara khusus memperhatikan interaksi dan kebiasaan
manusia yang merupakan bidang kerjanya desainer interior.
Pelaku kegiatan dekorasi disebut dekorator,
dari kata dalam bahasa Inggris: decorator
yang berarti penghias, sementara decorator
interior diartikan sebagai penghias ruang. (Echols, 2006:269). Meskipun
hanya bertugas menghias ruang, seorang dekorator interior dapat pula bekerja di
berbagai bidang perancangan dan bekerja bersama dengan desainer interior dalam
melakukan kegiatan perancangan seperti merancang showroom dan mendesain ulang tata ruang toko. Akan tetapi tidak ada
persyaratan yang mengharuskan profesi ini harus memiliki ijin resmi dari
pemerintah untuk berpraktek, sebagaimana pendapat di bawah ini:
An interior decorator may work in a variety of venues from a design
showroom to a remodeling retail store. There is no government regulation
regarding the work of an interior decorator.
Dengan
tidak adanya persyaratan perijinan maupun pendidikan formal di bidang dekorasi
interior tersebut, maka siapa saja dapat menjadi dekorator interior.
E. PERBANDINGAN DESAIN INTERIOR DAN
DEKORASI INTERIOR
Bedasarkan uraian
sebelumnya, maka perbandingan antara desain interior dan dekorasi nterior dapat
dilihat pada tabel di bawah ini, yang dibuat oleh Lisa Whited IIDA/ASID yang
menggambarkan perbedaan antara desainer interior dan dekorator interior.
Item
|
Interior Designer
|
Interior Decorator
|
Furniture
|
Merancang bentuk perabot dengan pertimbangan egonomi, fungsi, gaya,
keawetan finishing, kestabilan struktural dalam penggunaan, memilih rel laci,
engsel dan handel yang tepat, serta penentuan penggunaan bahan dan penempatan
dalam ruang
|
Memilih gaya, finishing dan penempatannya dalam ruang.
|
Penutup Jendela/Window covering
|
Menentukan tipe dan gaya yang tepat berdasarkan atas pengendalian
cahaya dan sinar matahari , privasi, anti api, perlengkapan akustik dan
sistem pengontrolnya.
|
Memilih warna dan tekstur, merancang gaya
|
Benda seni dan aksesoris/Artwork and accesories
|
Memilih bentuk dan metode yang tepat dalam penempatan benda seni
tersebut pada dan memastikan bahwa benda tersebut tidak akan jatuh dan
melukai seseorang.
|
Memilih dan menempatkan benda-benda seni dan asesoris ruang
|
Finishing dinding/Wall finishes
|
Memilih jenis yang tepat berdasarkan aspek keindahan, keawetan, fungsi
akustik, kemudahan dalam pembersihan, keamanan dari api, memastikan bahwa
wall finishes yang digunakan tidak menimbulkan alergi, dan tidak beracun
|
Memilih warna, gaya, tekstur finishingnya.
|
Tanaman /Plants
|
Memilih jenis tanaman yang seseuai dan memastikan bahwa tanaman yang
dipilih tidak memiliki bau yang kuat atau beracun yang membahayakan manusia
terutama anak-anak kecil.
|
Memilih dan menempatkan tanaman beserta wadahnya.
|
Rencana Ruang/Floor
Plan
|
Menggambarkan rencana ruang yang menunjukkan letak perabot yang sesuai dengan keinginan klien maupun
persyaratan aksesibilitas ruang.
|
Menggambarkan rencana ruang yang menunjukkan letak perabot yang sesuai dengan keinginan klien
|
Pencahayaan/Lighting
|
Memilih jenis dan bentuk lampu berikut kekuatannya sesuai dengan fungsi
dan kesan yang diinginkan, menggambarkan dan menunjukkan lokasi penempatan
lampu berikut pengontrolnya.
|
Memilih bentuk lampu
|
Lantai /Floor
|
Menentukan bahan,bentuk dan warna serta pola lantai yang tepat
berdasarkan fungsi dan kesan yang diinginkan, ketahanan terhadap api,
kemampuan meredam suara dan keamanan (tidak licin)
|
Memilih jenis, warna, tektur dan pola lantai
|
Tabel 1.
Perbandingan lingkup tugas desainer dan dekorator interior
Sumber: http://allartschools.com.
(diambil tanggal 12 November 2007)
Dari perbandingan di atas maka jelas terlihat
perbedaan yang cukup mendasar antara dekorasi dengan desain interior, dimana
cakupan tanggung jawab seorang desainer interior sangat luas, tidak hanya
sekedar menghias sebuah ruang agar tampak indah dan menarik, akan tetapi juga
mempertimbangkan aspek fungsional, keselamatan, keamanan serta kenyamanan.
Sedang kan dekorasi interior, merupakan sub bagian dari bidang desain interior
yang terkait dengan kegiatan hias-menghias.
F. PENUTUP
Desainer
interior dan dekorator interior
sama-sama memiliki peran yang besar dalam peningkatan kualitas ruang hunian,
meskipun bidang garap keduanya berbeda. Perbedaannya terletak pada lingkup
tanggung jawabnya, dan persyaratan profesi yang harus dipenuhi.
Dekorasi
interior lebih kecil lingkup kerjanya, dan merupakan bagian kecil dari
pekerjaan desain interior. Dekorasi
interior secara umum terkait dengan pelapisan elemen interior yaitu pelapisan lantai, dinding maupun
perabotannya serta penataan perabot berikut asesorisnya. Tidak ada peraturan
pemerintah yang mengatur pekerjaan dekorator dan tidak diperlukan persyaratan
pendidikan formal, bahkan setiap orang yang memiliki bakat dan minat dapat
belajar sendiri melalui majalah atau media lain untuk menjadi dekorator
interior.
Sementara itu desain interior memiliki bidang yang lebih luas dan
khusus dengan tanggung jawab yang lebih besar meliputi perancangan furnitur,
memilih bahan, menetapkan konstruksi, menentukan warna, merencanakan tata letak
ruang dengan pertimbangan aksesibilitas
dan lain-lain yang semuanya didasarkan atas pertimbangan fungsional,
keamanan, kenyamanan, dan keindahan. Desainer interior harus memenuhi
persyaratan pendidikan formal di bidangnya dan memiliki pengalaman perancangan
yang memadai, bahkan di beberapa negara maju, desainer interior harus memiliki
sertifikasi yang didapat melalui ujian yang diselenggarakan oleh suatu lembaga
sertifikasi yakni NCIDQ (National Council
for Interior Design Qualification). Tapi persyaratan ini belum diterapkan
di semua negara, termasuk Indonesia.
Jadi apabila seorang yang telah
menempuh pendidikan formal di bidang desain interior akan tetapi tidak memiliki
pengalaman yang memadai dalam penanganan suatu proyek desain, maka yang
bersangkutan belum dapat disebut sebagai desainer interior, sementara itu
siapapun dapat menjadi dekorator interior tanpa menempuh pendidikan formal,
asalkan ia memiliki kemampuan di bidang seni mendekorasi ruang. Dengan demikian
jelaslah perbedaan antara desain interior dan dekorasi interior, sehingga
diharapkan tidak lagi terjadi kebingungan, overlapping,
penyamaan sebutan dan persepsi yang keliru mengenai keduanya.
Persepsi publik yang keliru akan selamanya keliru apabila tidak
diluruskan dengan penjelasan yang komprehensif disertai contoh-contoh
perbandingan yang jelas, agar masyarakat pun menjadi tahu bahwa ada profesi
khusus selain arsitek dan insinyur yang membidangi masalah perancangan ruang,
yakni profesi desainer interior dan dekorator interior.
Komentar
Posting Komentar